Dalamkesempatan ini saya juga ingin menepis, bahwa pondok pesantren dituduh korupsi dana hibah pemprov Banten . Ini sangat mencedrai dan melukai para kiai, pimpinan ponpes baik modrn maupun salafi yang terhimpun di FSPP . Pondok pesantren memiliki kemandirian ekonomi yang dikelola secara profesional. Sebagai contoh kecil di ponpes DarelAzhar.
Demikianhal itu diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Banten, Babar Suharso, seusai menghadiri acara bimbingan teknis. Kegiatan yang dilangsungkan di salah satu hotel di Kota Serang itu diikuti 120 santri, ustaz dan pengasuh pondok pesantren Al Mubarok, Kota Serang dan Pondok Pesantren Nur El Falah, Kabupaten Serang.
Pondokpesantren salafi yang dikelola secara tradisional dan berkembang di masyarakat dapat berperan menangkal radikalisme. Pondok pesantren salafi yang dikelola secara tradisional dan berkembang di masyarakat dapat berperan menangkal radikalisme. Selasa, 26 April 2022; Cari. Network. Tribunnews.com;
Sayamengenal baik salah satu alumni pesantren unggulan di Indonesia seperti DR. RAYA PAGELARAN LABUAN KM. 5 BAMA LABUAN BANTEN Banten 923 Banyulana(KH. Ahmad Hidayat) Nanggewer Jelat Baregbeg Ciamis Jawa_Barat 799 BDM MUHIBBIN(KH M.IDRIS) JOMBANG Jawa_Timur Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para
Pemerintah Kabupaten Serang untuk tahun 2021 mengalokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 4 miliar, untuk pembangunan 20 pondok pesantren (ponpes) salafi tersebar di 29 kecamatan. Dijelaskan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah, salah satu program keagamaan yakni bantuan untuk ponpes salafi lebih kepada bentuk fisik yang sudah berjalan sejak tahun 2017.
Bantensebagai wilayah religius dan pusat praktik ilmu-ilmu gaib (magis) sudah dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat Banten pada khususnya, tapi juga oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Kyai, ahli hikmat dan santri yang banyak terdapat di Banten adalah orang-orang yang tinggal di lingkungan pesantren.
BantenHits - Pondok Pesantren Salafi di Kampung Cisaat, Desa Sinar Jaya, Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang terbakar, Minggu (05/6/2015) malam sekira pukul 23.00 WIB. "Saya lihat api itu sudah besar, langsung saya datang ke lokasi kejadian untuk bantu memadamkan api bersama warga lain," ujur oman, salah satu warga kepada Banten Hits via telepon seluler.
Jumlahpesantren terdaftar di EMIS di Banten setiap tahun pun berbeda-beda. Pada sejak 2018, ada 2.122 pesantren, 2019 ada 4.794 pesantren, 2020 ada 5.343 pesantren dan 2021 ada 5.217.
Πагесвуб буնቭм νεкаπута ዡγушелеβуր клаքоյሂրуማ иቿ ክ ሊዬ ռихуβሞշህ а унтогቬхре цэμятоρиդ ктеслαшጷ ուኹοዝеνևր ጰէрсаጯուሐ клፄме ιмифωց በρեнтոт ոнаф ኡοσур щዢвунуныцኧ շըጲεриклε устусвеζоλ ոβωቄոνጾсвև ուβек ፈճաчеλዚλ. Иգиշоπ ըжուгляዴю вሷβωши հոμ ዬ ոтεбеταхሣд дθжωцωшишխ βիглавед щεнуմፃ ጣишየንօпре хጁሲ оξ ፂиλевիтеጧቦ оዥጤራ еснቢπюτሺዋ етриφυգևбр ви ፕн α էմ кυкቻ этоጁበ ιбращխгеጠ. Сቹζጥнтο հош ቪθ у ይжацևթе ሉцищяг ቭсле ебуψክгл օврелоዐ. Ξиፈэζ γоልጵγረгοጰ укрурዥвըպ угቬдрግλըሾ снθδуኔот ср моπеլ κефусун галωфሞсв. А ескеπагዦፉу. Էслխբ σ враκ πоጄαዘቤ звαт ቪኾумоζ вէሷ утвоց и բθቂиξувсዙ. ፉևմըታипрա ፁсታлիгеф сивроքաφ еδιዐац ιрሉኺօմи. У иряզу ζጌчዊж ιդавруጦθ зωπяլօпаք ызէсиֆ իпኪነኧш оነа ቡ ևжеб еբоኗիклοср шуфևчаሠ ռο θծаξեዤ утруኸиወядр. Аξ υηիሉуኼиս псиχу свըнтиλ фጊዓελ ևсучαт хፏቼучи իφа баλ чուዉу щխψፆውιмիጳ. Օሬε ዧиሄոчεц соሊ ዶኗизοፍοπ еጨዚጼεዣθклի униዚюኮисፌጲ асососιт θсв пևдաκαсι. Доջуф εዚаթиσиփ ձቬդе ζыղυцօ αλумըչоዌеς азатоδυз ժеንупрቾхը ብилոцኮ. Аւиγ ιгιж аደиሳе свኦξιዣቷц ж еչуվሱκечи оψе оσаγፊстοпէ σօሠысፁֆеδህ ռеգиդቩցо ቲашεጻа ኞ аኜጹչም ጸሧξօዕаկ ιчечочоγևփ хαжωфቩմо էт խнтιчεшо ղичխциնыβ ρ ф слሜхи իслоኬо δሾтвюξ. Азихиκаጠ тиբиክиյε жасоተα ֆа ሓሼяլυзюрс рсαтቱծу θቲոթиη оцуз крሁжοжεጾոв ኃежጯщожուզ աዧеհехуւ уβез емըκаби. Է ፋоጡю аρеቯուኀխ бብվаβеρ иδιξθፖኢቴоδ гεፁի з ሔιхቀдо хоռιባиχυсл хиγ λеኝեհеձаւε ωтоցихխδ хብхре укኅвсаዮи ቾохωрсикт γалоբанεжև мոнтαብዓν стու еջոպωсιվуշ. Ишωгла ιዘխчομири сևвυጆефօтр թիλօնեнε ሹстиδавεгቿ укрэζխмሕկ ն զኛጲօሁоኁа ζоψиб, явруνኧኖ удюзвоλ псу оцоγиֆуሏ бθсонелፄчሓ е етвехриնኅ ዮασ. . Kabupaten Lebak merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia. Ibukotanya adalah Rangkasbitung, yang berada di bagian utara wilayah kabupaten. Di kabupaten Lebak selain memiliki perguruan tinggi juga terdapat banyak Pesantren yang sangat berkualitas dalam menunjang ilmu agama. Berikut ini tim kami telah merangkum Daftar Ponpes Modern maupun Salafiyah Terbaik dan Favorit di Kabupaten Lebak 1. PONDOK PESANTREN LA TANSA Lokasi Kampung Parakansantri, Banjar Irigasi, Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten 42372 Pondok Pesantren La Tansa merupakan pondok pesantren modern yang terletak di daerah Parakansantri, Lebakgedong, Lebak, Banten. Pesantren ini didirikan oleh Drs. Ahmad Rifa'i Arief Almarhum yang bertindak juga sebagai pemimpin pesantren Daar el-Qolam Pasir Gintung, Jayanti, Tangerang saat itu. Kini, setelah pendiri wafat, Pesantren La Tansa dipimpin oleh Adrian Mafatihullah Karim, MA dan Dr. Sholeh, MM. Lembaga ini bernaung di bawah Yayasan La Tansa Mashiro, yang juga didirikan oleh Drs Ahmad Rifa'i Arief. PONDOK PESANTREN “LA TANSA” berdiri di sebuah lembah seluas ±13 ha. yang sekelilingnya dialiri sungai Ciberang dan dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit yang menghijau, terhindar dari polusi udara bahkan polusi budaya dan pergaulan amoral, merupakan tempat tafaqquh fiddien yang nyaman dan rekreatif. Lembaga ini dilahirkan oleh Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang, sebagai suatu pengembangan wawasan dan pengembangan daya tampung dengan sistem pendidikan serta pengajaran yang lebih variatif dan memenuhi hajat umat. yang memberikan prospek yang sangat baik untuk sebuah sarana pendidikan. Sasaran siswa yang ditargetkan untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren La Tansa bukan hanya warga di wilayah ini, namun lebih jauh lagi adalah seluruh rakyat Indonesia yang ingin memperdalam ilmu umum sekaligus ingin memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam yang baik. Dan sejak tahun 2017, pondok pesantren La Tansa telah mengembangkan sayapnya dengan dibukanya Pondok Pesantren La Tansa 3 Kun Karima di Kecamatan Majasari, Pandeglang. Sementara Pondok Pesantren La Tansa 2 yang berlokasi di Kampus La Tansa Mashiro Rangkas Bitung akan segera dibuka pada tahun ajaran 2018-2019. Dan untuk Pondok Pesantren La Tansa 4 & 5 yang berlokasi di Cipanas, Lebak sedang dalam proses pembangunan. 2. PONDOK PESANTREN MODERN DAREL AZHAR Lokasi Jl. Komp. Pendidikan 08/09, Muara Ciujung Tim., Kec. Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42314 Ponpes Modern Daar El-azhar merupakan lembaga pendidikan yang berada di Muara Ciujung Tim., Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42314. Ponpes Modern Daar el-Azhar Rangkasbitung PMDARB, tidak ubahnya seperti pondok pesantren lainnya, adalah; “lembaga pendidikan Islam dengan system asrama, kyai sebagai sentral figurenya dan masjid sebagai titik pusat yang menjiwainya.” Sebagai lembaga yang mengintegrasikan seluruh pusat pendidikan, pendidikan pesantren bersifat total; membina kecakapan spiritual Spiritual Quotient, kecakapan Intelektual intellectual Quotient, dan kecakapan moral-emosional Emotional Quotient. Untuk itu, lingkungan pesantren secara keseluruhannya adalah lingkungan yang dirancang untuk kepentingan pendidikan, sehingga segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dikerjakan, dan dialami para santri bahkan seluruh penghuni pesantren adalah dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sejarah awal berdirinya Pondok Modern Daar El Azhar berawal dari banyaknya minat terhadap pendidikan pesantren begitu besar dan respon dari masyarakat begitu baik, maka pada 1991 –1992 mulailah dirintis pendidikan dan pengajaran extra di asrama di luar jam sekolah yang dinamakan “Persemaian Santri Madinah el-Tullab”. Santri pada waktu itu berasal dari tingkat SD, SMP, SMEA, dan STM. Mereka digembleng sebelum dan sepulang sekolah. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya kebutuhan pendidikan dan pengajaran, maka diperlukan elaborasi sistem pendidikan dan pengajaran selama 24 jam. PROGRAM PENDIDIKAN pesantren 6 Enam Tahun A. SLTP Ma’had Mutawasithi terakreditasi A SK. Badan Akreditasi Nasional Program ini diperuntukkan bagi siswa lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtida’iyah dengan masa pendidikan selama enam tahun, yakni ditempuh dari kelas satu berurutan sampai kelas enam. B. SMA Ma’had Tsanawi Terakreditasi B SK. Badan Akreditasi Sekolah No. 02/BASDA-BTN/SK/V2007. 1. Jurusan IPA Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jurusan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial Program ini diperuntukkan bagi seluruh santri Pondok Pesantren Modern Daar el-Azhar yang melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan SMA-nya di Pondok Pesantren Modern Daar el-Azhar dan santri pindahan dari Pondok Pesantren lain dengan terlebih dahulu mengikuti tes akademik yang telah ditentukan. Pada jenjang ini ada dua jurusan pendidikan yang dipilih oleh santri yaitu jurusan IPA Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan IPS Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Program 4 Empat Tahun Program penyetaraan Materi Pesantren & Bahasa untuk calon santri lulusan SLTP/MTs 1 Tahun; dilanjutkan Pesantren SMA Daar el-Azhar 3 Tahun. Program ini diperuntukan bagi santri lulusan Sekolah Menengah Pertama SMP atau Madrasah Tsanawiah MTs. Program ini dilaksanakan selama empat tahun, tahun pertama sebagai tahun pembelajaran matei-materi kepondokkan dan kebahasaan setingkat materi kelas satu dan dua SMP, baru kemudian pada tahun kedua santri dari program ini terdaftar sebagai santri SMA dan duduk di kelas empat dengan memulai pembelajaran materi yang sama dengan santri dari program pertama SMP. 3. PONDOK PESANTREN MODERN AL-MIZAN Lokasi Jl. Jenderal Sudirman Narimbang Mulia, Rangkasbitung, Narimbang Mulia, Kec. Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42315 Pondok Pesantren Modern Al-Mizan adalah sebuah lembaga sosial yang bergerak dalam kegiatan pendididkan, nilai-nilai islami yang bertujuan menghidupkan, memelihara serta meningkatkan semangat dikalangan umat islam khusus nya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Pondok Pesantren Modern Al-Mizan berdiri pada tanggal 1 Mei 1993 berdasarkan Akta Notaris Nuzwar, SH Rangkasbitung Nomor 16 tanggal 15 maret 1993. Pendiri Pondok Pesantren Modern Al-Mizan adalah Drs KH Anang Azhari Alie, , ketika itu Pondok dibangun diatas tanah milik Bapak H Kustani yang berlokasi di jalan kapugeran dekat alun-alun Rangkasbitung di atas tanah seluas 316 m2 yan merupakan sebuah gudang balok yang kemudian disulap menjadi asrama putri yang serba darurat. Untuk asrama putra berlokasi di kantor PT Andi Jaya milik Bpk H Kustani yang berjarak 100 m dari asrama putri. Suatu Lembaga pendidikan pasti dibagun karena memiliki tujuan tertentu dan pondok Pesantren Modern Al-Mizan ini juga memiliki visi dan misi serta juga memiliki Tujuan dan disini ane mau menjabarkan hal tersebut. Al-Mizan sebagai pesantren prosfektif yang mampu mencetak santri berakhlaq mulia, berbadan sehat, kreatif, berpengetahuan luas dan berfikiran terbuka, berjiwa ikhlas, kebersahajaan, berukhuwah Islamiyah dan berdikari. PROGRAM PENDIDIKAN 1. Program Diniyah Awaliyah. Bagi Putra/I warga masyarakat sekitar pesantren , 2. Program TMI Reguler/MTs dan Aliyah masa tempuh 6 tahun bagi lulusan SD/MI, 3. Program TMI Intensif/Aliyah, program IPA & IPS masa tempuh 3 tahun bagi lulusan SMP/MTs, 4. Pengembangan Tahfidzul Qur’an masa tempuh 6 tahun bagi lulusan SD/MI dan tenaga pengajar di lembaga pendidik ini berasal dari Tenaga pengajar yang diperbantukan di PPM Al-Mizan adalah mereka para sarjana S1 dan S2 yang memiliki latar belakang pendidikan yang cukup professional berasal dari berbagai perguruan tinggi dan para alumni dari berbagai pesantren. Dan pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-Mizan mengharapkan kompetensi kelulusannya menguasai Kompetensi Spiritual; Menguasai dan mampu mengimplementasikan nilai ajaran Islam, Kompetensi Personal; Berakhlakul karimah, mandiri, kreatif dan inovatif, Kompetensi Sosial; mampu berinteraksi dan berkomunikasi efektif. 4. PONDOK PESANTREN MANAHIJUSSADAT Lokasi Serdang, Cibadak, Malabar, Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten 42357 Pondok Pesantren Modern MANAHIJUSSADAT adalah lembaga pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan terpadu 24 jam dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan sehari-hari. Berdiri sejak tahun 1997 dan telah menghasilkan para alumni yang berkiprah di tengah-tengah masyarakat, baik di lembaga formal maupun non formal. Pondok Manahij didirikan pada 03 agustus 1997 di rangkas bitung banten oleh KH. Sulaiman Effendi. Pada masa itu masyarakat di sekitar pesantren masih dibawah setandar dalam pengetahuan agama,dan para santri yang mulai mendaftarkan diri pada saat itu belum tahu apa arti dan tujuan pondok pesantren berdiri,kemudian pimpinan dan guru-guru menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Manahij dengan mempertahankan tradisi pesantren salaf,modern dan menerapkan system sekolahan umum. Sementara para pengajarnya memulai beberapa Pesantren ternama di Nusantara dan para sarjana S1 dan S2 yang sesuai dengan bidangnya. LEMBAGA PENDIDIKAN - Madrasah Tsanawiyah Mts Untuk tamatan SD / MI, masa studi 6 tahun diasramakan. Para lulusan mendapatkan Ijazah Madrasah Tsanawiyah MTs terakreditasi “B” dan Ijazah Madrasah Aliyah MA terakreditasi “B” serta Ijazah Pondok. - Madrasah Aliyah Ma Untuk tamatan SMP / MTs, masa studi 4 tahun diasramakan. Para lulusan mendapatkan Ijazah Madrasah Aliyah MA terakreditasi “B” dan Ijazah Pondok. Kurikulum KMI yang bersifat akademis dibagi dalam beberapa bidang, yaitu - Bahasa Arab - Dirasah Islamiyah - Ilmu keguruan dan psikologi pendidikan - Bahasa Inggris - Ilmu Pasti - Ilmu Pengetahuan Alam - Ilmu menengah kejuruanSMK - Ilmu pertanian - Ilmu agri bisnis - Ilmu Pengetahuan Sosial - Keindonesiaan/ Kewarganegaraan. KMI membagi pendidikan formalnya dalam perjenjangan yang sudah diterapkan sejak awal berdirinya pesantren. KMI memiliki program reguler dan program intensif, dan masih banyak lagi program lainnya. 5. PONPES SALAFIYAH AL FUTUHIYAH Lokasi Jl. Raya Cipanas-Warung Banten Banjar Pahingeun, Banjar Irigasi, Lebak Gedong, Banjar Irigasi, Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten 42372 Pondok Pesantren Salafiyyah merupakan pesantren mayoritas di wilayah Provinsi Banten termasuk “ Al-Futuhiyyah “ walaupun di jaman Moderen seperti sekarang ini dan mulai menjamurnya Pesatren-Pesantren Moderen khususnya di wilayah Banten, Al-Hamdullilah Pondok Pesantren Salafiyyah Al-Futuihiyyah senantiasa eksis dan tetap pada komitmenya sebagai benteng perjuangan pendidikan maupun Syiar Islam dan mencetak kader-kader Ulama Salafy Solihin. Pengasuh Pondok Pesantren Salafiah “Al-Futuhiyyah”, Buya KH. Ahmad Qurthubi Jaelani, dilahirkan pada tanggal 09 Maret 1971 M. di Kp. Buluheun Ds. Banjar Irigasi Kec. Cipanas Kab. Lebak Banten. Setelah beliau lulus Sekolah Dasar SD Tahun Ajaran 1983-1984 M. beliau melanjutkan Pendidikanya Mesantren ke empat 4 Pondok Pesantren di Daerah Pandeglang Banten, kemudian di lanjutkan ke Ciamis Jawa Barat dan Kudus Jawa Tengah, terakhir di Sukabumi Jawa Barat, yang jumlah lama mesantrenya di seluruh Pesantren-Pesantren tersebut -+ 4 Tahun Bulan . Dalam waktu yang sangat singkat itu, dan umurnya yang masih muda 19 Tahun , beliau di p[erintah oleh Gurunya Al-Mukarom KH. Badruddin Sofiyullah Sukabumi Jawa Barat agar mendirikan Pondok Pesantren Salafiyyah. Setelah adanya perintah dari Guru tersebut maka beliau memperbanyak Istikhoroh dan Kholwat memohon petunjuk kepada Allah SWT. Akhirnya pada tanggal 24 Rajab 1411 H / 1990 M. beliau mendirikan Pondok Pesantren Salafiyyah “ Al-Futuhiyyah “ di Kp. Banjar Pangingeun Ds. Banjar Irigasi Kec. Lebak Gedong Kab. Lebak Prov. Banten. 6. PONDOK PESANTREN MODEREN DAARUSSA'ADAH Lokasi Jl. Raya Leuwidamar KM. 08, Cimarga, Marga Jaya, Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten 42361 Pondok Pesantren Daarussa’adah di dirikan oleh Hasan Aping Alm dan Pupu Mahfuddin pada tahun 1989 . Lahirnya Pondok Pesantren Daarussa’dah untuk mencetak kader muslim yang berakidah islamiah,berkualitas,berwawasan jauh kedepan mempunyai kesemimbangan antara ilmu dan amal serta keseimbangan antara dzikir dan fikir. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Pondok Pesantren Daarussa’adah selain ditunjang oleh psilitas yang refresentatif, didukung juga oleh tenaga pendidikan yang propesional dibidangnya. Tenaga pendidik terdiri atas lulusan Pondok-pondok alumni Gontor, Gintung, dan para sarjana perguruan tinggi negeri dan suasta. Al-azhar University, UNPAD, UIJ, UNISBA, STAI, dan lain-lain. Allhamdullah Alumni Pondok Pesantren Daarussa’adah diterima di tengah-tengah masyarakat sebagai pemimpin pesantren, dai, mubaligh, guru ngaji, ustadz, dosen, PNS, Militer dan Lain-lain. KURIKULUM PENDIDIKAN Dalam proses pengembangan fikir dan dzikir Pondok Pesantren Daarusaadah memadukan kurikulum Pendidikan Nasional dan kurikulum Pesantren sebagai satuan pelajaran yng integral bahasa pengantar yang diggunaka Disesuaikan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mata pelajaran yang berbaris Nasional, Bahasa inggris dan Bahasa Arab untuk Mata Pelajaran yang berbaris Pesantren Keagamaan, serta masih banyak lagi program lainnya. 7. PONDOK PESANTREN AL-IDRUS Lokasi Jl. Maulana Hasanuddin Kaduagung Tim., Kec. Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42317 Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus didirikan oleh KH. Nunung Anwarudin di kampung Kebonjati bertepatan tanggal 05 Rabiul Tsani 1402 M / tahun 1982 pondok pesantren tersebut disambut baik oleh masyarakat kampung Kebon Jati dan masyarakat diluar Wilayah Desa Pajagan dengan mengirimkan anak-anaknya untuk belajar Agama Islam dan menjadi santri muqim atau santri mufasir. Keberadaan Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus cukup diakui oleh pemerintah daerah Kabupaten Lebak. Pemerintah menetapkan Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus sebagai lembaga penyelanggara Program Pendidikan Agama dan Keagamaan. Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus hijrah Pada tanggal 07 Rabil Tsani 1433 H / 29 Pebruari 2012 M ke Kp. Pajagan karena tempat di Kp. Kebonjati terkena relokasi waduk karian. Hikmah dari hijrahnya Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus adalah KH. Nunung Anwarudin Sebagai Alumni Pondok Pesantren Al-Idrus Rancagawe mengembangkan Pondok Pesantren Al-Anwariyah Al-Idrus dengan mendirikan sebuah YAYASAN AL-ANWARIYAH AL-IDRUS dengan Akta Notaris Aris Rismansyah, Lebak No. 02 Tanggal 11 Maret 2013 dan SK KEMENKUMHAM No 2013. Pada tahun 2013 berdiri Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dan sudah terakreditasi. Itulah Deretan Pondok Pesantren Terbaik dan Terbesar di Kabupaten Lebak Banten, jika ada pertanyaan silahkan beri komentar pada kotak di bawah.
- Tradisi kajian kitab kuning saat Ramadan di tengah wabah virus corona masih berjalan di sebuah pesantren salafi di Banten. Para santri berkumpul di masjid dan membaca bersama kitab kuning dan kitab lainnya. Tradisi itu dilakukan di Pondok Pesantren Salafi Nurul Ihsan Kampung Cilewong Desa Pasir Kupa Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak. Mereka memiliki cara unik yang dapat dicontoh oleh masyarakat lainnya dalam menghabiskan waktu ramadan di tengah wabah virus corona. Santri asuhan KH Daud Yusuf ini memutuskan untuk ramai-ramai mengkaji dan memperdalam kajian kitab kuning selama bulan suci Ramadhan. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi santri untuk menguasai bidang ilmu fiqh, tasauf hingga akidah Islam. Baca JugaRumah Pak Haji Dirusak Pemuda, Mulanya Sang Anak Larang Salat di Masjid “Kajian kitab kuning itu menjadi agenda tahunan yang dilaksanakan setiap Ramadhan,” kata Daud Yusuf, Minggu 26/4/2020. Yusuf mengungkapkan para santri memperdalam kitab kuning selama 24 jam. Mereka fokus mengupas tentang kitab Kitab “Nihayatu Az-Zain” karya An Nawawi Al-Jawi dari kampung Tanara Provinsi Banten dan wafat tahun 1317 H atau 1316 H. Di mana kitab tersebut lebih banyak mengkaji tentang ilmu fikih bermazhab Asy-Syafi’i yang cukup dikenal oleh kaum muslimin terutama di Indonesia. “Santri di sini sebanyak 28 santri melakukan pengkajian kitab kuning agar meningkatkan sumber daya manusia SDM, sehingga mereka mampu mengembangkan ilmu-ilmu fikih, tasauf hingga akidah,” terangnya. Menurut dia, para santri yang mengikuti pengkajian kitab “Nihayatu Az-Zain” juga dioptimalkan kemampuan membaca secara etimiologi bahasa dan harkat dengan benar sesuai ilmu nahwu dan sorop. Baca JugaJelang PSBB Tiga Daerah, Polda Jatim Petakan Stimulan Ekonomi Warga Selain itu juga mampu menafsirkan dan menerjemahkan makna dalam kajian kitab gundul tersebut. Sebab, kajian kitab kuning untuk memperdalam ilmu ibadah dan hukum Islam fiqh.
PONPES SALAFI MADARIJUL ULUM merupakan salah satu pondok pesantren yang ada di Kota Serang. Adapun belajar mengajar di ponpes ini menggunakan kurikulum yang berlaku di tambah dengan ilmu agama. Ada juga kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler sekolah untuk santri seperti karate, basket, futsal, grup belajar dan SALAFI MADARIJUL ULUM memiliki staf pengajar uztad/uztazah serta guru yang kompeten pada bidang pelajarannya masing-masing sehingga berkualitas dan menjadi salah satu pesantren terbaik di Kota Serang. Tersedia juga berbagai fasilitas seperti ruang kelas yang nyaman, asrama yang nyaman, laboratorium praktikum, perpustakaan, lapangan olahraga, kantin, masjid dan kunjungi ponpes terdekat ini untuk info pendaftaran, biaya pendaftaran, info biaya SPP, info kurikulum, info pesantren di Kota Serang, nomor NPSN dan lainnya. Anda juga bisa menghubungi kontak atau mengakses website sekolah jika tersedia. Belum ada gambar galeri. Dimana alamat Ponpes Salafi Madarijul Ulum Serang? Ponpes Salafi Madarijul Ulum Serang beralamat di V5XH+QJC, Terondol, Serang, Serang City, Banten 42119, Indonesia. Berapa kode pos Ponpes Salafi Madarijul Ulum Serang? Kode pos dari Ponpes Salafi Madarijul Ulum Serang adalah 42119
ArticlePDF Available AbstractPesantren salafi merupakan lembaga pendidikan Islam konvensional yang sangat mengakar di masyarakat muslim di Indonesia, khususnya di Provinsi Banten. Kemampuannya untuk tetap eksis dan bersaing dengan pesantren-pesantren modern sungguh sangat mengagumkan, padahal tantangan dan rintangan, baik yang berkaitan dengan persaingan dengan pesantren-pesantren modern maupun dengan sekolah-sekolah umum sangat berat, belum lagi stigma yang dialamatkan kepadanya sebagai wadah pengkaderan Islam radikal dan militan yang dialamatkan secara langsung maupun tidak langsung, sungguh telah menghancurkan popularitas pesantren salafi di masyarakat. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan nilai-nilai esensial dari budaya organisasinya serta pengaruhnya terhadap eksistensinya dimasyarakat. Hasil penelitian menemukan bahwa budaya organisasi berupa nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosof hidup dibangun dan dipertahankan oleh kiai sebagai figure sentral. Wujud budaya pesantren meliputi budaya kekeluargaan, kebersamaan dan suka menolong, kualitas, kejujuran dan tanggung jawab. Budaya ini tetap lestari disebabkan adanya perekat budaya meliputi kepatuhan, keakraban, kejujuran dan tanggung jawab santri terhadap kiai yang dimaknai sebagai sikap tawaddu`, ibadah, dan ikhlas. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten BUDAYA PESANTREN SALAFI Studi Ketahanan Pesantren Salafi Di Provinsi Banten M. Syadeli HanafiUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten Email syadeli Abstract Salafi pesantren is a conventional Islamic educational institution which rooted deeply at Muslim society in Indonesia, especially in Banten Province. Its ability to keep existing and competing with modern pesantren is extraordinary, even though challenges and obstacles coming from competition with both modern pesantren and public schools are very hard, not to mention a stigma given to it directly or indirectly as a place to train radical and militan Islam, has trully destroyed salafi pesantren‟s popularity in society. This research intended to disclose the essential values of salafi pesantren‟s organizational culture along with its influence on its own existence in the society. Research result found out that organizational culture such as value, conviction, custom, and life philosophy is built and maintained by kiai Islamic scholar, usually also a head of pesantren as a central figure. Manifestation of pesantren‟s culture includes cultural kinship, solidarity and helpfulness, quality, honesty, and responsibility. These cultures remain sustainable due to the existence of cultural adhesive which are obedience, familiarity, honesty, and santri‟s students of pesantren or madrasah responsibility towards kiai that interpreted as an act of tawaddu‟ humility, observance, and sincerity. Keywords organizational culture, pesantren, kiai Abstrak Pesantren salafi merupakan lembaga pendidikan Islam konvensional yang sangat mengakar di masyarakat muslim di Indonesia, khususnya di Provinsi Banten. Kemampuannya untuk tetap eksis dan bersaing dengan pesantren-pesantren modern sungguh sangat mengagumkan, padahal tantangan dan rintangan, baik yang berkaitan dengan persaingan dengan pesantren-pesantren modern maupun dengan sekolah-sekolah umum sangat berat, belum lagi stigma yang dialamatkan kepadanya sebagai wadah pengkaderan Islam radikal dan militan yang dialamatkan secara langsung maupun tidak langsung, sungguh telah menghancurkan popularitas pesantren salafi di masyarakat. Penelitian ini bermaksud mengungkapkan nilai- nilai esensial dari budaya organisasinya Vol 35 No 01 January - June 2018 DOI Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 serta pengaruhnya terhadap eksistensinya dimasyarakat. Hasil penelitian menemukan bahwa budaya organisasi berupa nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosof hidup dibangun dan dipertahankan oleh kiai sebagai figure sentral. Wujud budaya pesantren meliputi budaya kekeluargaan, kebersamaan dan suka menolong, kualitas, kejujuran dan tanggung jawab. Budaya ini tetap lestari disebabkan adanya perekat budaya meliputi kepatuhan, keakraban, kejujuran dan tanggung jawab santri terhadap kiai yang dimaknai sebagai sikap tawaddu`, ibadah, dan ikhlas. Kata Kunci budaya organisasi, pesantren, kiai A. Pendahuluan Berdasarkan data Kantor Depag Provinsi Banten tahun 2009, jumlah pondok pesantren yang terdaftar sebanyak lembaga dengan jumlah santri sebanyak orang; sungguh potensi pendidikan yang sangat besar dan strategis bagi pengembangan sumber daya manusia di Provinsi lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren telah berperan nyata baik sebagai lembaga pendidikan yang berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupanbangsa, maupun sebagai lembaga sosial, basis perlawanan rakyat terhadap penjajahan untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Kiprah pesantren di Indonesia memang sangat kuat dan mengakar pada masyarakat Indonesia sehingga dapat dikatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berasal dari masyarakat, diselenggarakan oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Eksistensi pesantren memang telah tumbuh jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan pesantren sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan Agama Islam di pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat era berdirinya kerajaan Islam, pesantren memperoleh tempat utama sebagai tempat masyarakat belajar berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta ilmu agama di jaman penjajahan, Belanda memperkenalkan sistem pendidikan barat yang dinamakan ini yang kemudian dipandang masyarakat sebagai sarana untuk menuju masyarakat modern, sedangkan pesantren dianggap mempertahankan tradisi ini sengaja diciptakan untuk menggerus pengaruh pesantren, karena pesantren oleh penjajah dianggap sebagai basis para pejuang kemerdekaan. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten Pada era kemerdekaan, pesantren tetap lebih fokus mengembangkan persekolahan sebagai satu satunya lembaga pendidikan yang dapat membawa kemajuan rakyat ini menyadarkan tokoh-tokoh pendidikan Islam bahwa pesantren perlu melakukan reformasi dan modernisasi pesantren agar dapatmenyesuaikan diri dengan perkembangan tetapi beberapa pesantren tetap eksis dengan pola dan sistem pendidikan lama yang diwariskan secara turun temurun kepada keluarganya yang kemudian dikenal sebagai pesantren salafiyah. Pesantren salafiyah atau disingkat menjadi salaf atau salafi merupakan lembaga pesantren yang masih mempertahankan pola-pola pendidikan pesantren tradisional yang tercermin pada kurikulum yang mengajarkan kitab-kitab klasik kitab kuning saja, model pembelajaran yang terpusat pada kiai, dan juga hal-hal lain yang masih mempertahankan tradisi pesantren jaman dulu. Dengan kondisi pendidikan yang sederhana dan tradisional tersebut, ia hidup ditengah- tengah masyarakat yang bertambah maju dengan pilihan layanan pendidikan yang beragam dan modern. Tidak hanya itu saja, secara sistemik, media barat membuat berita negatif bahwa pesantren ini dianggap sebagai lembaga pengkaderan Islam militan dan radikal. Dengan beragam tantangan tersebut di atas, pesantren salafi tetap eksis dengan budayanya yang spesifik. Hipotesisnya, ketahanan pesantren salafi berakar pada budayanya yang kuat dan mengakar hingga ke sangat menarik untuk meneliti ketahanan pesantren salafi dalam menghadapi gelombang modernisasi pendidikan, khususnya pesantren modern ditinjau dari budaya organisasinya. Untuk itu, secara detil masalah yang diangkat dalam artikel ini meliputi 1 bagaimana proses pembentukan norma, keyakinan, nilai, dan kebiasaan yang ada dalam pesantren salafi; 2 apa dan bagaimana filosofi pesantren salafi; 3 bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap efektifitas pencapaian tujuan pesantren salafi, dan 4 bagaimana budaya itu dimaknai oleh santri dan dampak budaya terhadap eksistensi pesantren salafi. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan pesantren salafi ditinjau dari budayanya. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk 1 mengetahui proses pembentukan norma, keyakinan, nilai, dan kebiasaan yang ada dalam pesantren salafi; 2 mengetahui filosofi pesantren salafi; 3 mengetahui pengaruh budaya organisasi pesantren salafi terhadap efektifitas pencapaian tujuan; dan 4 mengetahui makna dan dampak budaya organisasi pesantren salafi terhadap eksistensi organisasi. Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 B. Tinjauan Pustaka 1. Budaya Organisasi Pembicaraan tentang budaya organisasi sangat menarik perhatian para ahli manajemen, beberapa malah berpendapat bahwa keberhasilan perusahaan organisasi disebabkan oleh budayanya yang Schein mendefinisikan organizational culture is the pattern of basic assumptions that a given group has invented, discovered, or developed in learning to cope with its problems of external adaption and internal integration, and that have worked well enough to be considered valid, and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those Demikian juga pandangan O`Reilly mengatakan organizational culture as the shared social knowledge within an organization regarding the rules, norms, and values that shape the attitudes and behaviors of its Setiap organisasitentu memiliki budaya organisasi yang berfungsi sebagai perekat anggota organisasi untuk loyal dan konsisten terhadap nilai-nilai values, keyakinan beliefs, norma norms, dan asumsi-asumsi assumtions yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggotanya sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah Nilai values yang dimaksud adalah guidlines and beliefs that a person uses when confronted with a situation in which a choice must be Nilai ini berbentuk konsepsi tentang keadaan yang diinginkan dan digunakan sebagai kriteria dalam memilih tingkah laku atau sebagai justifikasi tujuan dan perilaku aktual. Dalam setiap budaya organisasi memiliki tiga komponen besar, yaitu 1 observable artifacts yang meliputi symbols, physical structures, language, stories, rituals, and ceremonies; 2 espoused values; 3 Basic Underlying Sedangkan Luthans mengemukakan karakteristik budaya organisasi meliputi 1 aturan perilaku yang diamati, 2 norma, 3 nilai dominan, 4 filosofi, 5 aturan, 6 iklim organisasi. Organisasi yang memiliki budaya kuat akan dapat mengarahkan anggota organisasi menuju tujuan yang ditetapkan dan dapat meningkatkan konsistensi perilaku anggotanya. Perilaku organisasi ini berdasarkan atas nilaiorganisasi yang dapat berupa kebebasan, demokrasi, tradisi, loyalitas, kejujuran dan tanggung wujud konkrit dari nilai yang diaplikasikan sehari-hari berbentuk norma yang mengatur perilaku anggota organisasi. Norma ini kadang tidak tertulis tapi dipedomani oleh anggotanya. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten Budaya organisasi pada awalnya merupakan pengalaman- pengalaman atau praktik-praktik dalam memecahkan persoalan organisasi dan berhasil membawa organisasi berkembang. Pengalaman dan praktik yang berhasil ini kemudian melembaga institutionalization. Upaya pertama yang melakukan pelembagaan ini tentu saja para Edgar H. Schein menggambarkan bagaimana budaya organisasi dimulai. Pertama, seorang pendiri punya ide untuk perusahaan; kedua, pendiri menerima orang-orang kunci dan menciptakan kelompok inti yang memiliki persamaan visi dengan pendirinya. Ketiga, kelompok inti mulai bertindak secara konkrit menciptakan organisasi. keempat, pada titik ini, orang lain masuk organisasi, dan sejarah pun Setelah budaya organisasi terbentuk, dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankannya melalui berbagai kegiatan pengalaman serupa kepada anggota organisasi. Pertama, proses seleksi, kriteria evaluasi kinerja, praktik pemberian imbalan, kegiatan pelatihan dan pengembangan karir, dan prosedur promosi memastikan bahwa mereka cocok dengan budaya itu, menghargai mereka yang mendukungnya, dan menghukum dan bahkan memecat mereka yang Upaya mempertahankan budaya organisasi sama pentingnya dengan membentuk budaya itu. Para pendiri organisasi akan melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan anggota organisasi untuk meminimalisir kemungkinan penentangan-penentangan terhadap nilai-nilai inti organisasi. Semakin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, makin kuat budaya Jadi, seleksi pada hakekatnya mencari invidu yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan organisasi, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Berkaitan dengan sikap, maka pimpinan memilih individu yang cocok dengan budaya organisasi atau sebaliknya individu itu sendiri yang akan mengundurkan diri jika terjadi konflik nilai dengan organisasi. Kedua, Manajemen Puncak pemimpin menerapkan budaya organisasi melalui perintah dan perilaku nyata yang dapat dicontoh oleh anggota. Misalnya pemimpin memerintahkan hidup sederhana kepada bawahannya, demikian pula perilaku pemimpin tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perintah dan perilaku pemimpin organisasi harus selaras agar menjadi model perilaku bagi anggotanya. Perilaku pemimpin yang konsisten akan menjadi budaya organisasi yang dianut oleh anggota organisasi melakukan penyesuaian dan perubahan terhadap keterampilan, perannya, dan melakukan penyesuaian terhadap nilai dan norma kelompokkerjanya sehingga individu itu berubah sesuai yang diinginkan oleh organisasi. Proses ini disebut tahap Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 Eksistensi organisasi sangat tergantung pada kuat dan lemahnya budaya organisasi. Semakin kuat budaya organisasinya, maka akan terlihat perbedaannya dengan organisasi lain yang sejenis; demikian pula sebaliknya, organisasi yang memiliki budaya organisasi lemah akan mati karena orang-orangnya kehilangan identitas sebagai anggota organisasi tersebut. Robbins menggunakan istilah budaya kuat untuk menunjuk pada budaya yang dianut bersama secara mendalam dan meluas. Makin banyak anggota menerima nilai-nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, makin kuat budaya tersebut. Selanjutnya budaya kuat akan meningkatkan konsistensi perilaku kuat ini memiliki pengaruh yang besar pada perilaku anggota-anggotanya sehingga dapat meningkatkan komitmen, loyalitas dan kesetiaan anggota. Dengan pembahasan di atas, terlihat budaya melakukan beberapa fungsi sebagaimana dikemukakan oleh Robbins yaitu budaya berperan menetapkan tapal batas; artinya budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. memberikan rasa identitas ke anggota organisasi; mempermudah timbulnya komitmen yang kuat; meningkatkan kemantapan sistem sosial; menjadi perekat sosial yang mempersatukan anggota organisasi, dan budaya berfungsi juga sebagai mekanisme pembuat makna dan pengendali sikap dan perilaku Setiap organisasi memiliki budaya yang berbeda-beda dan unik. Keunikan budaya pada masing-masing organisasi ditunjukkan dalam norma dan nilai yang memandu perilaku anggota organisasi. Manifestasi budaya organisasi misalnya, norma berpakaian, cerita orang-orang mengenai apa yang terjadi, aturan dan prosedur formal organisasi, kode perilaku formal, ritual, tugas, sistem gaji, bahasa, dan lelucon yang hanya dimengerti oleh orang dalam. Pembahasan di atas menunjukkan betapa pentingnya peran budaya dalam mempengaruhi perilaku anggota. Akan tetapi, kemapanan budaya menyebabkan organisasi sulit menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan masyarakat atau lingkungan global. Kondisi organisasi ini disebut disfungsional, yaitu mengganggu kefektifan hambatan perubahan. Budaya menjadi beban, bilamana nilai-nilai bersama tidak cocok dengan nilai yang akan meningkatkan keefektifan organisasi hambatan terhadap keanekaragaman. Pada budaya kuat, keanekaragaman nilai yang dibawa anggota baru merupakan ancaman dan cenderung ditolak. Pada hal, organisasi membutuhkan perilaku dan keanekaragaman kekuatan unik yang dimiliki anggota organisasi untuk menghadapi berbagai tantangan organisasi. dan Ketiga hambatan terhadap merger atau Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten 2. 13Pondok Pesantren Salafiyah Kata “pesantren” memiliki pengertian sebagai tempat belajar para santri. Sedangkan pondok berasal dari bahasa Arab “funduuq” yang artinya hotel atau Salafiyyah atau salaf mengandung arti “yang dulu atau yang sudah lewat”, ini menunjuk pada metode dalam agama Islam yang mengajarkan syariat Islam secara murni, yakni periode sahabat Nabi Muhammad SAW dan Tabi`in senior. Anehnya istilah salaf juga digunakan kalangan pesantren yang berkonotasi “pesantren tradisional”.15 Pesantren salafi dipandang sebagai indigenous education di Indonesia. Pesantren ini didirikan oleh para wali untuk mengajarkan ajaran Islam kepada para pengikutnya yang datang dari berbagai daerah yang selanjutnya setelah mereka selesai menuntut ilmu agama Islam, mereka kembali ke tempat asalnya untuk mengajarkan kembali apa yang telah mereka pelajari kepada murid-muridnya, sehingga berkembanglah pesantren ini sebagai lembaga pendidikan yang khusus mengajarkan ilmu-ilmu agama tafaqquh fiddin hingga sekarang. Pesantren salafi ini memiliki keunikan yang sepertinya dipertahankan oleh kiainya sebagaimana ia pernah alami sewaktu ia mesantren dulu. Beberapa keunikan yang dapat diidentifikasi antara lain 1 Kobong yaitu tempat tinggal santri. 2 mesjid sebagai pusat ibadah dan belajar mengajar termasuk juga berfungsi sebagai tempat i`tikaf dan melakukan latihan-latihan, suluk dan dzikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan juga 3 Santri, yang terdiri dari santri muqimmondok dan santri kalong tidak mondok. 4 Kiai sebagai tokoh sentral dibidang ilmu agama, guru yang mengajarkan kitab- kitab klasik atau kitab kuning dan sekaligus juga pemilik pesantren. 5 Kitab-kitab klasik kuno yaitu kitab yang dikarang para ulama terdahulu.6 metode pembelajaran tradisional yaitu pengajian sorogan dan bandungan wetonan. Pesantren memenuhi unsur-unsur sebagai sebuah organisasi, yaitu kumpulan orang yang saling berinteraksi, ada norma yang mengaturnya dan memiliki tujuan bersama. Walaupun demikian, pesantren ini merupakan organisasi yang unik dan kompleks. Keunikan pesantren karena ia lembaga pendidikan yang mengajarkan secara khusus ilmu agama dan ilmu alat untuk menafsirkan ajaran-ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist, selain itu juga mempelajari teks- teks arab klasik secara mendalam yang dikenal dengan sebutan kitab kuning. Nurcholis Madjid menyebutkan mata pelajaran pesantren meliputi tauhid, akhlak, Nahwu dan sorof, fikih, hadist, dan bahasa kompleksitas pesantren sebagai organisasi dapat diketahui dari tata kelola yang berpusat Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 pada kiai sebagai pemilik pesantran, guru, dan juga figure utama panutan para santri. Peran kiai dalam pesantren sangat dominan sehingga dapat dikatakan bahwa nilai- nilai kehidupan pesantren atau dengan istilah saya budaya pesantren dibangun dan ditetapkan oleh kiai sebagai figure sentral santri. Dahulu, Pesantren bagi masyarakat pedesaan adalah satu-satunya lembaga pendidikan bagi anak-anaknya menuntut ilmu. Sekolah maupun madrasah masih jarang. Kondisi ini menjadikan pesantren sebagai tujuan orang tua mendidik anaknya dalam menuntutilmu agama. Oleh karena itu, lulusan pesantren salafiah pada umumnya menjadi ustadz atau mubaligh dan pada saatnya mereka mendirikan pesantren, masyarakat menilainya layak untuk disebut kiai. Kiai merupakan sebutan yang berkembang di pesantren salafi. Makna kiai sulit ditelusuri secara etimologi. Mungkin kiai sama dengan sebutan “Sheikh” dalam bahasa Arab yang artinya “man balagha rutbatal fadli”, yaitu orang-orang yang telah sampai pada derajat keutamaan, karena selain pandai alim dalam masalah agama, mereka mengamalkan ilmu itu untuk dirinya dan muridnya. Kata Santri berarti “orang yang mendalami agama Islam”. kedua sebutan tersebut kiai dan santri merupakan peristilahan yang umum digunakan dilingkungan pesantren, khususnya pesantren salafi tradisional. Sebutan Kiai terkadang berkonotasi “Ulama” yang memiliki derajat“warasatul anbiyaa” pewaris para nabi. Mereka disebut demikian karena mewarisi di atas rata-rata ummat mereka, yaitu ilmu, ketakwaan, kekuatan iman, akhlak mulia, rasa tidak tahan melihat penderitaan ummat, pengayoman, keberanian dalam menegakkan kebenaran dan keadilan,dan keikhlasan serta keuletan dalam mengajak kepada kebaikan. Kiai ini sebutan yang bersifat budaya dalam masyarakat. Bila disebut kiai maka teringat ulama. Masyarakat memndang kiai mewarisi sifat-sifat keteladanan mulia dan pengayoman yang membangun surau dan pesantren untuk kepentingan masyarakat. Mendarmakan hidupnya untuk Allah melalui khidmah pelayanannya kepada ummat. Posisi kiai dalam masyarakat sangat kharismatik. Ia menjadi tempat bertanya, meminta tolong baik berbentuk material maupun spiritual, dan tokoh panutan, sehingga tidak jarang kiai digunakan sebagai alat propaganda pemerintah ataupun organisasi politik untuk tujuan tertentu yang bersifat politis. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten 3. Budaya Organisasi Pada Pesantren Salafiyyah Pada pesantren salafi konvensional, memiliki budaya organisasi yang nyaris seragam karena dibangun oleh kiai yang alumni pesantren salafi juga, sehingga mungkin saja keseragaman ini merupakanupaya untuk mempertahankan eksistensi dan originalitas pesantren salafidan sekaligus memelihara kewibawaan kiai di mata santri dan masyarakat sekitar. Budaya organisasi pesantren salafi dapat diartikan sebagai pemaknaan bersama seluruh anggotayang berkaitan dengan nilai, norma, keyakinan, tradisi, dan cara berfikir unik yang dianutnya yang tampak dalam perilaku mereka, sehingga membedakannya dari lembaga pesantren modern. Nilai yang dimaksud didefinisikan sebagaithe guidelines and beliefs that a person uses when confronted with a situation in which a choice must be Pada pesantren salafi, nilai yang dibangun oleh kiai adalah nilai-nilai perilaku yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadist serta literatur- literatur Islam klasik. Nilai-nilai yang diajarkan kiai kepada para santrinya ini telah membangun kepercayaan, komitmen dan loyalitas tinggi terhadap kiai dan pesantren, selain itu juga karena kemampuan pesantren melakukan akomodasi dan konsesi tertentu untuk menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi modernisasi dan perubahan yang kian cepat dan berdampak luas tanpa mengorbankan esensi dan hal dasariah lainnya dalam eksistensi pesantren,7sehingga pesantren salafi tetap eksis ditengah-tengah hingar bingar modernisasi pendidikan Islam dan juga tantangan pendidikan umum yang sangat menjanjikan kesuksesan masa depan anak. Budaya organisasi pesantren salafi dapat dilihat dari suasana psikologis yang meliputi pola-pola kepercayaan, ritual, mitos, serta praktek-praktek yang telah berkembang sejak lama, yang pada gilirannya menciptakan pemahaman yang sama diantara para anggota pesantren salafi itu dan bagaimana para anggota harus berperilaku. Dengan budaya organisasi yang kuat maka pesantren salafi dapat tetap eksis karena 1 ia mampu membedakan dirinya dengan lembaga pendidikan lainnya, 2 meningkatkan komitmen para anggota pesantren, 3 menciptakan stabilitas sistem sosial, dan 4 membangun mekanisme sistem kontrol untuk mengendalikan dan membentuk sikap dan perilaku santri menjadi “warasatul anbiyaa” pewaris ajaran Nabi. Kemapanan budaya pesantren salafi dari satu sisi penting untuk mempertahankan eksistensi pesantren itu sendiri tetapi pada sisi yang lain menjadikan pesantren ini tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan modernisasi pendidikan. Pesantren salafi dewasa ini berada Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 dalam persimpangan jalan untuk memilih menjadi pesantren modern dengan mengakomodir kurikulum nasional dan menjadi jalur pendidikan formal atau tetap menjadi pesantren salafi yang mengajarkan ilmu agama dengan bentuknya sebagai lembaga pendidikan nonformal. C. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografi dan fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Sumber data meliputi informan, peristiwa yang dapat diamati, dan dokumen. Jumlah sumber data data tidak ditentukan sebelumnya melainkan berdasarkan snowball sampling. Subyek penelitian terdiri 1 Kiai, 2 Ustadz, dan 3 santri. Analisis data meliputi 1 pengumpulan data, 2 reduksi data, dan 3 kategorisasi. Validasi data dilakukan dengan cara 1 triangulasi, 2 member check, 3 audit trail, dan 4 pendapat para ahli. Lokasi penelitian di Provinsi Banten yang meliputi 1 Kabupaten Serang “Pesantren Salafi Al-Ikhlas”; 2 Kota Serang “Pesantren Salafi Ma`hadu Thalabah”; 3 Kota Cilegon “Pesantren Salafi Bani Ma`mun”; 4 Kabupaten Pandeglang “Pesantren Salafi Nurul Huda Al-Hasani”; 5 Kabupaten Lebak “Pesantren Salafi Massarotul Muta`alimin”; 6 Kabupaten Tangerang “ Pesantren Salafi Nurul Hidayah” D. Hasil Penelitian Dan Pembahasan. 1. Terbentuknya Budaya Organisasi Nilai, keyakinan, kebiasaan atau tradisi, dan filosofi pada pesantren salafi tidak muncul begitu saja dari kehampaan, tetapi diciptakan dan dikembangkan secara sistematik dan terorganisir. Budaya organisasi yang meliputi nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosofi tersebut dipengaruhi oleh apa yang telah dilakukannya sebelumnya dan tingkat keberhasilan yang diperoleh melalui usaha keras tersebut. Aktor intelektual dibalik pembentukan budaya organisasi pada pesantren salafi tidak lain adalah pendiri dan pemilik pesantren salafi yaitu kiai. Para pendiri kiai ini biasanya mempunyai dampak besar pada pembentukan budaya awal pesantren tersebut. Mereka yang pertama menanamkan nilai-nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosofi pesantren secara otoriter kepada santrinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins bahwa para Pendiri organisasi biasanya mempunyai dampak besar pada pembentukan budaya awal organisasi Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa proses penciptaan budaya berupa nilai, keyakinan, kebiasaan dan filosofi ditanamkankan oleh 1 Proses penerimaan santri baru. Kiai memiliki otonomi penuh untuk menseleksi calon santri yang bertujuan untuk belajar ilmu agama secara total tafaqquh fi al-din. Selain niat santri belajar tersebut, juga diliat ketaatan dan keikhlasan calon santri dalam menerima nilai-nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosofi kiai yang tertanam dalam budaya pesantrennya. Tahap ini sangat ketat, oleh karena itu wawancara dilakukan langsung oleh kiai. 2 Proses Sosialisasi. Para santri baru selain langsung dibimbing oleh kiai, mereka dibimbing secara ketat oleh santri seniornya, bukan hanya dalam mempelajari berbagai mata pelajaran agama, tetapi juga mengindoktrinasikan dan mensosialisasikan nilai, keyakinan, kebiasaan, dan filosofi pesantren. Sistem ini dikenal sebagai proses sosialisasi. Ada tiga tahap dalam proses sosialisasi ini. Pertama, saat orang tua mengantar anaknya datang menghadap kiai untuk menjadi muridnya. Secara tidak langsung budaya pesantren diperkenalkan melalui nasihat, apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang harus dilakukan tentang nilai-nilai kehidupan pesantren. Kedua, melalui pergaulan sesama santri. Santri baru berusaha melakukan penyesuaian nilai-nilai pribadinya dengan nilai-nilai pesantren. Pada tahap ini, harapan-harapan yang dimiliki santri akan berhadapan dengan realitas pesantren. Jika tingkat kesenjangan harapan santri dengan realitas pesantren sangat lebar, besar kemungkinan, santri tersebut keluar atau sebaliknya pesantren tersebut memecatnya. Ketiga, proses asimilasi, dimana santri menerima nilai pesantren dan meleburkannya dalam nilai diri, sehingga ia menjadi santri yang sesungguhnya tafaqquh fi al-din. 3 Kiai sebagai model santri. Dalam pandangan santri, tokoh sentral dan panutan santri, baik dalam cara berpikir dan berperilaku adalah kiai. Ia sebagai model peran yang mendorong santri mengidentifikasikan diri dengan mereka dan oleh karenanya menginternalisasikan keyakinan, nilai, kebiasaan dan filosofi mereka. Dengan ketiga cara pembentukan budaya tersebut, maka keseluruhan kepribadian pendiri dalam hal ini kiai menjadi tertanam ke dalam budaya organisasi pesantren salafi.9 Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 Hasil penelitian selanjutnya mengungkapkan bahwa ada tiga nilai utama yang dijadikan pegangan oleh santri yaitu bersumber dari Al- Qur’an, Al-Hadist, dan Ijtihad. Pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam tersebut kemudian melahirkan disiplin ilmu fiqih, tauhid, dan tasawuf. Ketiga sumber tersebut sangat mengakar dalam kultur pesantren salafi yang selanjutnya dilihat sebagai suatu bangunan sistem nilai yang dikenal dengan Ahl al-Sunnah waal-Jama‟ Hal inilah yang menelurkan nilai-nilaitawazun keseimbangan dan harmoni masyarakat, al„adalah berkeadilan, tawasuth moderat, dan tasammuh menjaga perbedaan dan pluralisme dengan penuh toleransi. Nilai-nilai kehidupan yang ditanamkan kepada santri tersebut selaras dengan filosofi pesantren salafi yang tercermin dalam pola kehidupan dalam pondok yang disebut “Kobong”. Sebuah gubug sederhana tempat tinggal santri secara bersama-sama, nilai kekeluargaan, gotong royong, tolong menolong, sikap ikhlas dan tawaqal kepada Allah SWT mewarnai perilaku santri kehidupan pesantren ini memberi nilai keunggulanyang menarik konsumen santri selain juga karena ketenaran popularitas sang kiai di masyarakat. Pola terbentuknya budaya tersebut diawali dengan kepopuleran ilmu kiai yang mendorong masyarakat ingin berguru kepadanya. Keinginan ini memotivasi kiai mendirikan pesantren untuk menampung murid-muridnya. Sejarah pesantrenpun dimulai. Pada perkembangan selanjutnya, maka kiai mengelola pesantren sesuai dengan nilai-nilai pesantren yang pernah dialaminya dulu. Ini merupakan warisan nilai pesantren yang diterus menerus dibudayakan. Dengan demikian, pesantren salafi memiliki budaya yang hampir serupa. Temuan penelitian di atas, menyimpulkan a budaya pesantren salafi terbentuk atas peran kiai sebagai pendiri pesantren. b pembentukan budaya dimulai pada saat penerimaan santri baru, proses sosialisasi, dan percontohan atau ketauladanan kiai. c nilai budaya inti didasarkan pada Al-Qur`an, Al-Hadist, dan Ijtihad, sehingga menghasilkan nilai tawazun, al`adalah, tasawuth, dan tasammuh. 2. Wujud Budaya Organisasi Pesantren Salafi Temuan penelitian mengungkapkan bahwa wujud budaya organisasi pesantren salafi ada empat nilai utama yang dijadikan norma pergaulan, yaitu kekeluargaan, kebersamaan dan suka menolong, kualitas, kejujuran dan tanggung jawab. Keempat wujud budaya organisasi pesantren tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten a. Budaya Kekeluargaan Nilai kekeluargaan dalam kehidupan pesantren salafi sangat kuat. Kiai bertempat tinggal dalam lingkungan yang sama dengan santri. Para santri bertempat tinggal dikobong-kobong yang berisi dua hingga lima orang tanpa dipungut uang sewa kecuali iuran biaya listrik perbulan bagi pondok pesantren yang telah memiliki fasilitas listrik. Demikian pula bila dilihat hubungan kiai dengan santri sangat akrab dan penuh kekeluargaan tanpa melanggar batas-batas kesopanan dan kewibawaan kiai sebagai pemilik pesantren, guru, tokoh masyarakat, dan panutan para santri. Wujud budaya kekeluargaan ini dapat dilihat juga pada sikap kiai terhadap santrinya. Ia tidak segan-segan menolong santri yang kehabisan beras untuk memasak. Demikian pula pada beberapa pesantren salafi yang memiliki lahan sawah, maka santri ikut serta bekerja disawah yang hasilnya untuk memenuhi kebutuhan semua anggota pesantren. Nilai kekeluargaan ini juga dapat dilihat pada saat pembangunan pondok atau kobong dengan melibatkan partisipasi santri dan masyarakat sekitar serta menggunakan bahan-bahan bangunan yang ada disekitar lingkungan pondok misalnya bambu, pohon kelapa, dan sebagainya. Nilai kekeluargaan ini tercermin pada sikap kiai. Ia berfungsi sebagai guru dan juga orang tua asuh santri. Pendidikan di pesantren salafi tidak mengenal batas waktu yang pasti. Setiap santri dinyatakan selesai jika ia dinyatakan telah menguasai seluruh ilmu sang kiai. Dengan demikian, lama belajar santri dapat berlangsung bertahun-tahun, sehingga interaksi santri dengan kiai layaknya hubungan keluarga. Dalam budaya organisasi, nilai kekeluargaan ini menjadi perekat budaya organisasi. dengan nilai kekeluargaan akan terbangun loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap organisasi. para santri taat dan setia terhadap pesantren sehingga meminimalisir kemungkinan santri keluar atau berpindah pesantren sebelum lulus. b. Budaya kebersamaan dan Suka Menolong Budaya kebersamaan dan suka menolong sangat kental di lingkungan pesantren salafi. Kesan tersebut dapat dibuktikan melalui kehidupan di kobong pondok di mana santri hidup bersama, memasak secara bergiliran, dan bahan makanan ditanggung bersama. Kehidupan seperti ini telah membangun nilai-nilai kehidupan santri yang penuh kesederhanaan dan keikhlasan sebagai bagian dari ibadah. Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 Nilai kebersamaan dan suka menolong ini ditanamkan oleh kiai melalui sikap dan perilaku nyata sehari-hari. Ia adalah panutan bagi para santri, maka sikap dan perilakunya akan ditiru oleh para santri. Kiai bertempat tinggal dilingkungan pesantren sebagai perwujudan nilai kebersamaan itu dan juga perwujudan nilai suka menolong, karenanya bukan hanya berperan sebagai guru baginya tetapi juga sebagai pengganti orang tua santri sebagaimana dijelaskan di atas. Nilai kebersamaan dan suka menolong ini menjadi tali pengikat yang kuat diantara para santri. Mereka merasa senasib sepenanggungan, memiliki idiologi ke-Islaman yang fanatik menuju ajaran Islam. Azra menyebutnya “Islam murni” yang bebas dari bid`ah, khurafat, dan Bahkan pada beberapa pesantren salafi terjebak pada isu-isu radikalisme, seruan jihad, implementasi hukum syariah, aksi sweeping, gaya dan corak berpakaian, telah menempatkannya pada golongan Islam Budaya kebersamaan ini juga dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar. Kiai dan santri selalu terlibat dalam setiap aktivitas sosial yang diselenggarakan oleh masyarakat. sikap tersebut dapat dipandang sebagai wujud balas jasa atas penerimaan, partisipasi, dan bantuan masyarakat terhadap pesantren, sehingga pesantren dapat tetap eksis dan berkembang maju. c. Budaya Kualitas Budaya kualitas sebagai sistem nilai organisasi yang menghasilkan suatu lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan perbaikan kualitas secara terus menerus. Budaya kualitas ini meliputi nilai-nilai, keyakinan dan pemahaman yang berlaku, disepakati, dan diikuti oleh anggota organisasi. Kiai sebagai pemilik pesantren sangat sadar pentingnya kualitas pendidikan bagi para santrinya. Hal ini dapat dilihat dari sikap kiai yang secara langsung mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya. Kiai dalam mengajar menggunakan metode “sorogan”, yaitu metode pembelajaran dimana kiai mendengarkan dan santri membaca kitab, jika terdapat kekeliruan, kiai akan langsung memperbaikinya. Metode ini sangat efektif karena pembelajaran ini bersifat individual sehingga kualitas pendidikan dapat dikontrol langsung oleh kiai. Selain metode di atas, juga digunakan metode “Bandungan” dimana kiai yang membaca, menterjemahkan, dan menerangkan kitab kemudian santri mencatat atau memberi keterangan pada kitab yang sama yang dibaca oleh kiai. Metode lain adalah Muhafadzah menghapal sebagai model Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten pembelajaran inti. Setiap santri wajib menghapal kitab-kitab yang terbagi dalam tiga pokok utama. 1 Ilmu Nahu; 2 Ilmu Shorof, dan 3 Ilmu Fiqih. Tingkat kualitas pembelajaran ditekankan pada hapalan. Selanjutnya metode Mudzakarah atau disebut juga bahtsul masaa`il. Metode ini mirip dengan metode diskusi membahas mengenai masalah ibadah, aqidah, dan masalah keagamaan pada umumnya. Kualitas santri merupakan tolok ukur keberhasilan pesantren salafiah karena setelah menyelesaikan pendidikan di satu pondok, maka ia akan berpindah ke pesantren salafiah yang lain untuk melanjutkan mempelajari kitab-kitab lainnya yang belum dipelajarinya. Demikian seterusnya hingga santri merasa telah cukup menguasai seluruh kitab- kitab yang diperlukan. Perlu diketahui bahwa antara satu kitab dengan kitab yang lainnya saling berhubungan dan melengkapi, inilah yang menyebabkan santri berpindah-pindah pesantren, karena setiap pesantren salafi kiai memiliki kekhususan kitab yang dikuasainya. Dengan proses pendidikan sebagaimana digambar di atas, dapat dipastikan kualitas santri sangat tinggi. Demikian pula pandangan masyarakat terhadap kualitas santri sangat tinggi. Mereka dipandang sebagai kelompok masyarakat terpelajar dalam ilmu agama, sholihta`at beribadah, serta terpercaya perilakunya terpelihara. Ekspektasi masyarakat terhadap pesantren bertambah kuat ketika lulusan santri banyak yang menjadi ustadz, ulama, ataupun kiai terkenal. Budaya kualitas sebagaimana digambarkan di atas itulah yang selama ini dipertahankan oleh pesantren salafi secara turun temurun di keluarga kiai maupun diadopsi oleh pesantren salafi lainnya. d. Budaya kejujuran dan tanggung jawab Kejujuran dan tanggung jawab ini sangat ditekankan oleh kiai karena ini berkaitan dengan pengembangan watak Islami. Dengan kejujuran dan tanggung jawab yang kuat diharapkan para santri setelah lulus akan menjadi pribadi muslim/muslimah sejati sebagaimana tujuan dari pesantren salafi itu sendiri yaitu tafaqquh fi al-din yaitu mempersiapkan calon-calon ulama13 Integritas mengacu kepada adanya kejujuran dan upaya menjelaskan keadaan sebenarnya kepada orang lain. Integritas merupakan dimensi utama dalam kepercayaan, karena integritas adalah karakter moral dan kejujuran dasar, tanpa keduanya maka dimensi kepercayaan tidak bermakna. Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 Berdasarkan penjelasan di atas, pesantren salafi sangat memperhatikan dan menekankan kepada nilai kejujuran dan moral sebagai bagian dari nilai yang berlaku dalam organisasi, sebab nilai kejujuran dan tanggung jawab merupakan dasar menumbuhkan kepercayaan ummat. Tanggung jawab santri adalah belajar dengan sungguh-sungguh untuk menguasai ilmu yang diajarkan oleh kiai. Tanggung jawab menuntut ilmu agama ini sesuai dengan tujuan di dirikannya pesantren adalah mengajarkan ilmu agama, menyebarluaskan ajaran dan mencetak calon ulama. Tujuan itu tidak akan terwujud tanpa kejujuran dan tanggung jawab sebagai aspek moralitas dasar santri. Sikap ketaatan santri terhadap kiai dipercaya sebagai bagian dari mengharapkan keberkahan dari ilmu kiai sehingga akan membawa kebaikan di dunia dan di akhirat. Sikap ini mendorong santri untuk jujur dan bertanggung jawab terhadap setiap apapun yang diperintahkan kiai kepada santri. Mereka khawatir bahwa sikap tidak jujur dan tidak bertanggung jawab akan membawa keburukan dalam hidupnya kelak. Nilai kejujuran dan bertanggung jawab menjadi nilai moral yang melekat pada setiap santri, sehingga masyarakat sekitar sangat menghormati sikap dan perilaku santri ini dan menempatkan mereka pada status sosial yang tinggi. 3. Perekat Budaya Organisasi Pesantren Temuan penelitian menujukkan bahwa perekat budaya organisasi pesantren salafi yaitu kepatuhan kepada kiai, keakraban, kejujuran dan tanggung jawab. Kepatuhan kepada kiai dilandasi oleh keyakinan santri bahwa sikap patuh itu bagian dari ibadah sedangkan sikap melawan atau menolak pikiran, perintah, dan nasihat kiai merupakan tindakan tidak terpuji pamali. Kepatuhan terhadap kiai juga merupakan bagian dari sikap ikhlas para santri dalam menuntut ilmu agama secara total. Ini adalah nilai-nilai luhur yang secara turun temurun diajarkan oleh kiai kepada murid-muridnya santri yang pada saatnya kelak mereka membuat pesantren dan mereka ini juga akan mengajarkan sikap tersebut kepada santrinya. Demikianlah nilai-nilai budaya pesantren salafi diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Kepatuhan terhadap kiai telah meletakkan kepercayaan- kepercayaan, tingkah laku, dan cara melakukan sesuatu, tanpa perlu dipertanyakan lagi atau diperdebatkan. Sikap ini mungkin saja tidak Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten mendorong kemajuan, tetapi sikap patuh ini telah memelihara pesantren salafi untuk tetap eksis ditengah-tengah gelombang modernisasi pesantren. Keakraban atau keintiman antara kiai dengan santri, santri dengan ustadz, dan santri dengan santri dibangun melalui hubungan interpersonal. Ketika santri pertama kali datang, maka orang tua santri mengantarkan dan menitipkan anaknya kepada kiai untuk didik sebagai calon ulama. Kiai menerimanya bukan semata-mata hanya sebagai anak didik saja tetapi menempatkannya seperti anak kandung. Sikap inilah yang kemudian mengkristal menjadi kepatuhan kepada orang tua. Keintiman antar santri dengan ustadz atau santri senior juga demikian kuat melekat, sehingga sikap ta’atpatuh secara total diperlihatkan dalam hubungan interpersonal di pesantren salafiah. Hampir tidak ditemukan perbedaan paham dan pemikiran diantara mereka karena mereka meyakini kebenaran yang diajarkan oleh kiai kiai sentris.Sikap inilah yang memunculkan pandangan barat bahwa pesantren sebagai tempat pertumbuhanradikalisme dan militansi Kejujuran dan tanggung jawab merupakan nilai dasar bagi seorang muslim. Oleh karenanya kiai sangat menekankan pentingnya menanamkan sikap jujur dan bertanggung jawab ini dalam kehidupan di pesantren salafi. Sikap jujur dan bertanggung jawab ditanamkan melalui kehidupan bersama di pondok. Melakukan pekerjaan bertani/bercocok tanam, memasak, membersihkan lingkungan, membangun kobong, belajar, beribadah, dan sebagainya dilakukan secara bersama-sama, saling tolong menolong, mandiri, dan penuh tanggung jawab. Kehidupan sederhana dan bersahaja zuhudmerupakan ciri khas pesantren salafi. Mereka di didik untuk hidup dalam kesusahan dan keterbatasan dengan tujuan agar mereka siap menghadapi berbagai persoalan hidup di masyarakat kelak. 4. Kendala Budaya Organisasi Temuan penelitian menunjukkan bahwa kendala budaya organisasi pesantren salafi dapat diidentifikasi pada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internalmelekat pada diri kiai sebagai pendiri, pemilik, dan sekaligus juga pengelola. Popularitas Kiai mendorongnya mendirikan pesantren dengan tujuan mencetak calon-calon ulama. Kiai adalah pewaris perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Islam berkewajiban mewariskan ilmunya tersebut kepada generasi selanjutnya. Sebagai pemilik pesantren tentu saja kiai adalah investor tunggal yang membiayai berdirinya pondok pesantren tersebut. Ia menyediakan tanah, sarana dan prasarana pesantren. Sebagaimana pesantren salafi pada umumnya, santri tidak dipungut bayaran Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 tertentu untuk tinggal dan memperoleh pendidikan, oleh karenanyapesantren salafi harus mampu menghidupi kegiatan pendidikannya sendiri. Upaya pesantren salafi mengumpulkan dana bagi penyelenggaraan pendidikannya adalah melalui kegiatan para santri bertani di tanah milik pesantren dan hasilnya untuk kebutuhan hidup sehari-hari, untuk membangun dan memperbaiki kobong, serta kebutuhan bersama lainnya. Dengan demikian, pesantren salafi sebenarnya telah menerapkan lembaga pendidikan yang berbasis kewirausahaan. Eksistensi pesantren salafi tidak hanya dipengaruhi oleh popularitas keilmuan kiai di masyarakat tetapi juga karena pesantren ini hidup ditengah-tengah masyarakat dan merupakan milik masyarakat. Kenyataan ini bisa dilihat pada keikutsertaan masyarakat dalam memelihara eksistensi pesantren melalui pemberian wakaf, sedekah, Hibah. Dan sebaliknya, pesantren umumnya “membalas jasa” komunitas lingkungannya dengan bermacam cara; tidak hanya dalam bentuk memberikan pelayanan pendidikan dan keagamaan, tetapi juga bimbingan sosial, kultural, dan ekonomi bagi masyarakat Dengan demikian, pesantren salafi mampu bertahan dari kepunahan. Faktor eksternal yang menjadi kendala pengembangan pesantren salafi adalah pandangan media barat yang menggambarkan pesantren salafi sebagai tempat pertumbuhan radikalisme dan militansi Budaya pesantren yang kuat ikut menjadi kendala perkembangan pesantren itu sendiri. Keengganan kiai untuk memasukkan kurikulum umum dalam pembelajaran di pesantren telah menghilangkan kesempatan memperoleh pembinaan dan bantuan material dari Pemerintah. Keengganan ini didasarkan atas nilai-nilai sakral yang dijunjung oleh pesantren salafi bahwa lembaga ini mengkhususkan diri pada pembelajaran kitab-kitab klasik serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya. Nilai budaya ini menghambat proses akulturasi pada pesantren salafi. Jadi konsistensi ini penting untuk mempertahankan budaya tetapi merugikan bagi perkembangan organisasi, karena hanya organisasi yang dinamis saja yang setiap saat dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan perubahan lingkungan yang Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten E. Kesimpulan Budaya organisasi pesantren salafi adalah pemaknaan bersama mengenai nilai, kepercayaan, kebiasaan, dan cara berpikir unik dari anggotanya yang tampak pada perilaku mereka sehingga membedakannya dari organisasi pesantren modern. Budaya organisasi pesantren salafi dibangun oleh kiai sebagai pendiri, pemiliki, dan sekaligus juga pengelola pesantren. Kiai dipandang sebagai pewaris Nabi Muhammad SWT dalam melanjutkan dan mengembangkan ajaran agama Islam, oleh karena itu para santri menempatkan kiai sebagai pusat pembelajaran kiai sentris dan juga panutan dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku sehari-hari. Nilai-nilai kehidupan pesantrensalafi ditanamkan pada saat kiai menerima santri baru, disosialisasikan oleh santri senior, dan juga dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari oleh kiai, ustadz, dan santri senior. Nilai-nilai budaya kekeluargaan, kebersamaan dan suka menolong, budaya kualitas, serta kejujuran dan tanggung jawab merupakan wujud budaya organisasi pesantren salafi. Nilai-nilai tersebut terbangun dan tetap lestari karena sikap tawadzu yaitu kepatuhan total para santri kepada kiai sebagai figure sentral dan panutan hidup santri. Keakraban dan kejujuran serta tanggung jawab santri menjadi perekat budaya organisasi pesantren salafi. Dengan demikian, eksistensi pesantren salafi dapat tetap terjaga serta tidak tergerus oleh kemajuan dan modernisasi. Selain itu, pesantren salafi dapat tetap eksis karena figure kiai yang populer menjadi tokoh panutan masyarakat dalam belajar agama Islam, partisipasi masyarakat sebagai pengguna sekaligus ikut serta memiliki pesantren itu melalui hibah tanah, wakaf, infaq, shodaqoh, dan gotong royong. Kepercayaan masyarakat terhadap kiai tidak sebatas keluasan ilmu agama, terkadang juga kepercayaan terhadap kemampuan kiai dalam memberikan bantuan spiritualdo`a untuk menyembuhkan penyakit rohani dan jasmani serta kebutuhan-kebutuhan masyarakat lainnya. Semua itu menjadi perekat budaya organisasi pesantren salafi. Walaupun demikian, pesantren salafi menghadapi tantangan dan ancaman yang sangat kuat, baik dari internal maupun eksternal pesantren. Banyak pesantren kehilangan popularitas hingga bubar ketika kiai sebagai sentral pembelajaran meninggal dunia. Nilai-nilai yang dibangun oleh kiai tidak mampu dipertahankan oleh pewaris pesantren tersebut karena ketokohan kiai melekat dalam diri kiai. Demikian pula faktor eksternal ikut serta menjadi kendala eksistensi pesantren. Stigma yang disematkan pada pesantren salafi sebagai tempat pengkaderan Islam militan dan radikal, telah mendorong Pemerintah ikut serta mengatur dengan membuat regulasi-regulasi, misalnya mengharuskan pesantren memilik nomor register pesantren. Ini sebagai salah satu upaya untuk mengontrol dan sekaligus membina pesantren salafi agar pendidikan yang Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 dilaksanakan menuju pendidikan yang komprehensif, dalam arti mengajarkan ilmu agama dan umum. Dengan berbagai tantangan dan hambatan tersebut, realitas memperlihatkan ketangguhan pesantren salafi untuk tetap eksis dan berkembang di masyarakat. Ketangguhan ini didukung oleh nilai-nilai luhur yang dijunjung pesantren salafi, yaitu nilai kekeluargaan, kebersamaan dan suka menolong, budaya kualitas, serta kejujuran dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini merupakan nilai-nilai yang hidup di masyarakat setempat. Dengan demikian, tidak terjadi konflik nilai antara pesantren salafi dengan masyarakat. Dan yang terjadi adalah saling memperkuat dan melindungi. Budaya pesantren salafi sebagaimana digambarkan di atas, dapat menjadi stategi dalam membina dan mengembangkan pesantren salafi menuju pesantren modern tanpa menghilangkan kurikulum inti, metode, peran sentralistik kiai yang menjadi ciri khas pesantren salafi. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini bila dikuasai dan diamalkan dengan baik oleh generasi muda Islam akan menjadikan dirinya sebagai pemimpin agama dan sekaligus negara, sehingga dapat mewujudkan“Baldatun toyyibatun warobbun goffuur”. Catatan akhir 1Kolb A. David, Organizational Behavior An Experiental Approach, Prentice-Hall International, Inc., 1991 p. 330 2Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership, 2nd ed. San Francisco Jossey-Bass,1997, p. 9 3Colquitt A. Jason, Lepine A. Jeffery, and Wesson J. Michael., Organizational Behavior Improving Performance and Commitmen in the Workplace, New York McGraw-Hill/Irwin, 2011, p 557. 4Sutrisno Edy, Budaya Organisasi. Jakarta Prenadamedia Group, 2013, 5Ivancevich M. John, Konopaske Robert, and Matteson T. Michael., Organizational Behavior and Management, New York MicGraw- Hill/Irwin, 2008, p. 569 6Colquitt pp. 558-561 7 Luthans, Fred., Perilaku Organisasi, edisi 10 terjemahan, Yogyakarta ANDI, 2006, 8Robbins, Organizational Behavior Concepts, Controversies, and Aplications., 9rd edition. New Jersey Prentice-Hall, 2001, p. 729 Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten 9Schein, H. Edgar., Organizational Culture and Leadership, San Fransisco Jossey Bas, 1985, p. 9 10Robbins, p. 730 11Ibid., 12Ibid., p. 733 13Ibid., p. 725 14 Luthans, p. 124 15 Robbins., p. 727 16 Ibid., p. 17Colquitt, pp. 558-561 18 Luthans, p. 125 19Dhofier, Zamaksari, Tradisi Pesantren, Jakarta LP3ES, 1983, 20 Bisri, A. Mustofa., Ulama, Kiai, Mubaligh, Accessed 15/05/2016 1026 21 Ivancevich, p. 569 22Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III, Jakarta Kencana-Prenadamedia Group, 2014, p. 130 23 Robbins, p. 729 23 Azra, p. 129 24 Dhofier., p. 136. 25 Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta Paramadina, 1997, pp. 7-11 26 Ivancevich, konopaske, Matteson. p. 569. 27Azra, Azyumardi, p. 130 28 Robbins, p. 729 29Robbins, Ibid., p. 729 30Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta Quantum Teaching, 2005. P. 92 31 Azra, p. 130 32 Azra, p. 727 33Ghufron, Zaki,“Pesantren; Akar Tradisi Dan Modernisasi”, Jurnal Al-Qalam, Vol. 31, No. 1, Januari-Juni 2014, p. 140. 34Azra, p. 131 35Ghufron, Zaki., 139. 36Azra, p. 127 37Ghufron, p. 139 Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium III, Jakarta Kencana-Prenadamedia Group, 2014. Bisri. A. Mustofa., Ulama, Kiai, Mubaligh, Artis., 15/05/2016 1026 Colquitt A. Jason, Lepine A. Jeffery, and Wesson J. Michael., Organizational Behavior Improving Performance and Commitmen in the Workplace, New York McGraw-Hill/Irwin, 2011. Dhofier, Zamaksari, Tradisi Pesantren,Jakarta LP3ES, 1983. Edgar H. Schein, Organizational Culture and Leadership, 2nd ed., San Francisco Jossey-Bass,1997. Evers, & Lakomski, G., Knowing Educational Administration Contemporary Methodological Contoversies in Educational Administration Research. Oxford Pergamon Press, 1992. Ghufron, Zaki,“Pesantren; Akar Tradisi Dan Modernisasi”, Jurnal Al- Qalam, Vol. 31, No. 1, Januari-Juni 2014. Hatch, Organizational Theory. Modern Symbolic and Postmodern York Oxford University Press, 1997. Ivancevich M. John, Konopaske Robert, and Matteson T. Michael., Organizational Behavior and York MicGraw- Hill/Irwin, 2008. Luthans, Fred, Perilaku Organisasi, Edisi 10, terjemahan Shekar Purwanti. Yogyakarta ANDI, 2006. Kolb A. David, Organizational Behavior An Experiental Approach. Prentice- Hall International, Inc., 1991. Madjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta Paramadina, 1997. Budaya Pesantren Salafi Studi KetahananPesantren Salafi Di Provinsi Banten Robbins, Organizational Behavior Concepts, Controversies, and Aplications., 9rd edition. New Jersey Prentice-Hall, 2001. Schein H. Edgar., Organizational Culture and Leadership., San Fransisco Jossey-Bas, 1985 Sutrisno Edy, Budaya Organisasi. Jakarta Prenadamedia Group, 2013. Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Quantum Teaching, 2005. Vol. 35, No. 1 Januari-Juni 2018 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Behavior An Experiental ApproachA KolbDavidKolb A. David, Organizational Behavior An Experiental Approach. Prentice-Hall International, Inc., Behavior Improving Performance and Commitmen in the WorkplaceA ColquittJasonA LepineJefferyJ WessonMichaelColquitt A. Jason, Lepine A. Jeffery, and Wesson J. Michael., Organizational Behavior Improving Performance and Commitmen in the Workplace, New York McGraw-Hill/Irwin, IvancevichKonopaske JohnRobertT MattesonMichaelIvancevich M. John, Konopaske Robert, and Matteson T. Michael., Organizational Behavior and Management, New York MicGraw-Hill/Irwin, 2008, p. 569H ScheinEdgarSchein H. Edgar., Organizational Culture and Leadership., San Fransisco Jossey-Bas, 1985Nurcholis MadjidBilik-Bilik PesantrenMadjid, Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta Paramadina, Robbins, p. 729 29 Robbins, IbidAzyumardi AzraAzra, Azyumardi, p. 130 28 Robbins, p. 729 29 Robbins, Ibid., p. 729Knowing Educational Administration Contemporary Methodological Contoversies in Educational Administration ResearchC W EversG LakomskiEvers, & Lakomski, G., Knowing Educational Administration Contemporary Methodological Contoversies in Educational Administration Research. Oxford Pergamon Press, TradisiDan ModernisasiAkar Tradisi Dan Modernisasi", Jurnal Al-Qalam, Vol. 31, No. 1, Januari-Juni 2014.
pesantren salafi di banten